Trenggiling, Hewan Mamalia Darat Yang Mempunyai Sisik

Trenggiling Mempunyai Sisik Keras

Ragam Info Tentang Hewan Trenggiling

Trenggiling, tenggiling, atau pemakan semut bersisik merupakan kelompok hewan darat yang mempunyai sisik anggota dari ordo atau bangsa Pholidota. Namun, kini hanya tersisa satu famili atau suku yang masih hidup, yaitu dari famili Manidae. Mereka merupakan hidup di alam liar wilayah tropis Asia dan Afrika. Terdapat tiga genus dari famili Manidae, yaitu Manis (Asia), Phataginus (Afrika), serta Smutsia (Afrika). Dari tiga marga tersebut, jumlah spesiesnya ada 8 spesies. Spesies trenggiling yang ada di Indonesia adalah Manis javanica.

Trenggiling Jawa (Manis javanica) mempunyai sebaran asli di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, serta sebagian wilayah Pulau Nusa Tenggara. Selain di Indonesia, Manis javanica juga terdapat di hutan tropis Filipina, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, Vietnam, serta Malaysia. Hewan dengan punggung bersisik ini hidup di kawasan hutan primer, sekunder, hingga area perkebunan rakyat seperti kebun sawit dan karet. Hewan ini juga menyukai area yang dekat aliran air sebagai habitatnya. Trenggiling termasuk sebagai hewan nocturnal, dan ketika siang atau ada matahari, ia tidur di lubang-lubang sarangnya yang berada dalam tanah atau atas pohon. Mamalia bersisik ini adalah hewan ovivar, betinanya mengandung anaknya dalam waktu 90-139 hari. Saat anakan berusia sekitar 4 bulan hingga dua tahun, induk akan menyapih atau membiarkannya hidup mandiri.




Tubuh bagian atas, mulai dari kepala hingga ekor dari trenggiling ditutupi oleh sisik dari keratin yang keras dengan warna coklat hingga kehitaman yang kuat hingga mampu melindungi tubuhnya dari serangan predator. Predator dari hewan ini adalah kucing besar seperti singa, harimau, serta macan. Saat merasa terancam, trenggiling akan menekuk tubuhnya hingga tampak hanya tubuh yang terlindungi sisik saja. Hewan ini tidak mempunyai gigi. Ia menggunakan moncon serta lidah yang lengket dan panjang untuk mencari dan memakan mangsanya. Makanan dari trenggiling adalah semut, rayap, larva, serangga kecil, dll. Pada kaki trenggiling terdapat cakar tajam dan kuat yang bisa digunakan untuk mencabik atau mengoyak batang pohon dalam rangka mencari makanan. Kuku yang kuat juga membantu ia untuk memanjat dan juga menggali lubang ditanah untuk sarangnya. Trenggiling juga mempunyai kebiasan unik memakan kerikil atau batu kecil untuk membantu penghancuran makanan di perutnya. Trenggiling Jantan mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari si betinanya. Berat dari trenggiling Jawa yang saat dewasa bisa mencapai 12 kg.

Populasi dari trenggiling di Indonesia berada pada status terancam punah. Karenanya, Pemerintah Indonesia memasukkan tenggiling termasuk sebagai salah satu satwa yang dilindungi. Hal ini berdasarkan dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 2018. Bagi pemburu satwa dilindungi, hukumannya bisa berupa 5 tahun penjara atau denda sebesar Rp. 100.000.000. CITES juga memasukkan trenggiling dalam Kategori Appendix I, dimana tidak diperbolehkan untuk menjual/membeli melalui pengambilan di alam secara langsung. IUCN juga telah mengkategorikan trenggiling sebagai hewan dengan populasi kritis atau selangkah menuju kepunahan. Perburuan trenggiling dilakukan untuk mendapatkan manfaat dari daging serta sisiknya sebagai obat. Sisik dari hewan ini mempunyai nilai jual yang tinggi. Lalu dagingnya dipercaya bisa dijadikan obat sakit perut. Pengambilan trenggiling di alam juga kerap dilakukan untuk menjadikannya sebagai hewan peliharaan.

Demikian penjelasan singkat terkait dengan “Trenggiling, Hewan Mamalia Darat Yang Mempunyai Sisik“. Tulisan ini merupakan pemikiran penulis berdasarkan pada pengetahuan, pengamatan, dan juga dari referensi. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan atau Informasi! Terima Kasih.

Referensi :

Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Daerah Istimewa Yogyakarta. “Trenggiling”. http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/trenggiling (diakses 04 Oktober 2022).

Portal Informasi Indonesia. “Si Manis Di Ambang Kepunahan”. https://indonesia.go.id/kategori/seni/2316/si-manis-di-ambang-kepunahan?lang=1

Wikipedia. “Tenggiling”. https://id.wikipedia.org/wiki/Tenggiling

Sumber Gambar :

Balai Diklat Keagamaan (BDK) Jakarta Kementerian Agama RI. Pandemi Covid 19 Vs Satwa Liar”. https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/pandemi-covid-19-vs-satwa-liar