Tupai terbang atau biasa disebut tando menjadi salah satu spesies hewan pengerat dari suku bajing yang kini sudah langka dan sulit ditemui. Perubahan ekosistem dan juga perburuan menjadi faktor yang mempengaruhi populasi dari hewan ini. Meski dikatakan sebagai tupai terbang, namun ia tidak mampu terbang seperti burung, atau kelelawar. Hewan mamalia kecil ini hanya meluncur dan dengan selaput yang ada pada tubuhnya bisa membuat ia tidak jatuh ke tanah.
Ragam Info Tentang Tupai Terbang Atau Tando Yang Kini Sudah Langka Dan Sulit Ditemui
Tando atau tupai terbang (Petaurista petaurista) merupakan spesies hewan mamalia pengerat bertubuh kecil dari marga Petaurista, suku Sciuridae (Bajing). Meski memiliki nama sebagai tupai, namun tupai terbang berada dalam satu suku dengan bajing. Sebagian orang menganggap bahwa bajing dan tupai adalah dua suku hewan mamalia pengerat yang sama, dan dalam Bahasa Inggris juga sama-sama disebut sebagai squirrel. Tapi dalam ilmu biologi, tupai dan bajing adalah dua suku atau familia hewan yang berbeda.
Tando adalah hewan asli Asia Tenggara dan Asia Selatan, ia terdapat di India bagian utara, Pakistan, Afghanistan, Malaysia, serta Indonesia. Di Indonesia, ia tersebar di Jawa, Sumatera, serta Kalimantan serta pulau-pulau kecil disekitarnya. Ada banyak sebutan dari tando di banyak Bahasa Daerah, diantaranya: beluk di Bahasa Sunda, Walangkopo atau luwuk di Bahasa Jawa, Pok-pok di Bahasa Madura, Kubung di Sumatera, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dalam Bahasa Jawa, tupai terbang ini juga biasa disebut sebagai biluk. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, tando biasa disebut sebagai red giant flying squirrel.
Hewan ini hidup secara liar di wilayah dataran rendah hingga dataran tinggi hingga 1.000 mdpl. Mereka tinggal dan membuat sarang di pohon-pohon besar dan tinggi. Makanan utama dari hewan ini adalah buah-buahan dan biji-bijian. Ia beraktivitas saat malam hari, atau biasa disebut nocturnal.
Ciri Fisik Dari Tando Atau Tupai Terbang
Tando termasuk dalam bajing berukuran besar. Saat dewasa, bobot tubuhnya bisa sampai 1,5 kg dan panjang tubuh hingga 45 cm. Tubuhnya ditutupi dengan bulu dengan dominasi warna cokelat kemerahan, pada bagian punggungnya terdapat bercak hitam yang tidak terlihat secara jelas, dibagian sekitar mata, ujung hidung, telinga, kaki, serta ekor memiliki bulu berwarna hitam. Diantara kaki depan dan belakang, leher dengan kaki depan serta kaki belakang sampai ke ekor, tupai terbang atau tando memiliki selaput yang bisa digunakan untuk meluncur di udara. Selaput yang terdapat diantara kaki depan dan belakang di kedua sisi tubuhnya lebar.
Kemampuan meluncur atau terbang dari tando di udara digunakan untuk berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencapi makan. Selain itu, kemampuan ini juga membantunya untuk menghindari musuh atau pemangsa karnivora. seperti ular, burung karnivora, dsb.
Demikian penjelasan singkat terkait dengan “Tando, Si Tupai Terbang Yang Kini Langka“. Tulisan ini juga berdasarkan pengetahuan, pengamatan, pendapat pribadi penulis dan juga dari referensi. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan atau Informasi! Terima Kasih.
Referensi :
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan. “Tando – Si Tupai Terbang Yang Mulai Sulit Dijumpai”. http://ksdae.menlhk.go.id/info/1508/tando-%E2%80%93–si-tupai-terbang-yang-mulai-sulit-dijumpai.html (diakses 05 April 2022).
Wikipedia. “Tando”. https://id.wikipedia.org/wiki/Tando
“Bajing”. https://id.wikipedia.org/wiki/Bajing