Tentang Tanaman Kumis Kucing Yang Biasa Dijadikan Penghias Pekarangan Dan Berkhasiat Sebagai Obat
Tanaman Kumis Kucing (Orthosipon aristatus) adalah tanaman terna berbatang tegak dari suku Lamiaceae atau Labiatae. Ia merupakan tanaman yang berasal dari wilayah Afrika tropis. Meski merupakan tanaman tropis, namun tanaman kumis kucing juga dapat tumbuh di wilayah subtropis. Persebaran dari tanaman kumis kucing cukup luas, ia bisa ditemukan di Asia Tenggara, China, Papua Nugini, hingga Quensland di Australia. Tanaman ini dapat bereproduksi secara generatif melalui tunas, dan juga secara vegetatif lewat stek batang. Tumbuhan yang satu ini biasa ditanam sebagai tanaman hias oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman hias. Tidak hanya sebagai tanaman hias saja, daun dari tanaman ini juga bisa dimanfaatkan sebagai obat untuk beberapa penyakit.
Terdapat banyak sebutan dari tanaman yang satu ini di Indonesia, yaitu giri-giri marah di Sumatera, remujung di Jawa Tengah dan Timur, kumis ucing dalam Bahasa Sunda di Jawa Barat, se-salaseyan atau songkot koceng di Madura, dll. Dalam Bahasa Inggris, tanaman ini dikenal dengan nama kidney tea plants atau java tea.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada kumis kucing cukuplah tinggi dan beragam, beberapa diantaranya adalah: asam organik, diterpene, flavonoid, minyak atsiri, monoterpene, triterpena, saponin, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tanaman ini juga dapat dijadikan sebagai antioksidan bagi tubuh. Di Jawa Barat, daun dari tanaman kumis kucing menjadi salah satu komoditas pertanian yang diperdagangkan seperti halnya rempah-rempah.
Pemanfaatan dari tanaman ini sebagai obat masih jarang digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Padahal, ia telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat herbal. Daun dari tanaman kumis kucing yang biasa dijadikan sebagai obat albuminuria, batu encok, batu ginjal, diabetes, masuk angin, peluruh air kencing, rematik, radang ginjal, sakit pinggang, sembelit, syphilis dll.
Morfologi Dari Tanaman Kumis Kucing

Tanaman kumis kucing memiliki batang terna tegak, dan agak keras pada bagian bawah karena berkayu. Warna batang tanaman bagian atas hijau atau ungu, dan bagian bawah tanaman abu-abu hingga kecokelatan. Batang tanaman berbentuk segi empat, namun akan menjadi bundar ketika batang menjadi dua. Dibatang tanaman, ada yang berbulu pendek, dan ada juga yang tidak berbulu. Ia dapat tumbuh hingga setinggi 2 meter. Batang tanaman menjadi media untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui stek batang.
Daun tanaman merupakan daun tunggal, bertangkai pendek, tepi daun bergerigi, ujung meruncing, warna daun hijau, serta dengan pertulangan menyirip. Terdapat beberapa variasi bentuk dasar dari daun kumis kucing, diantaranya : lonjong, lanset, oval (bulat telur), hingga belah ketupat. Panjang daun dapat mencapai 10 cm, dan untuk lebarnya bisa mencapai 5 cm.
Bunga tanaman merupakan bunga majemuk, muncul dari ujung tanaman membentuk malai seperti pagoda dengan tiap tingkatan berisi beberapa bunga dengan letak melingkari tandan. Panjang dari tandan bunga bisa mencapai 30 cm. Kelopak bunga tipis, dan berwarna hijau. Mahkota bunga berwarna putih bersih. Putik serta benang sari memiliki tangkai panjang sehingga tampak seperti kumis kucing. Pada ujung putik serta benang sari juga terdapat warna ungu yang makin menambah keunikan dan kecantikan dari bunga kumis kucing. Tanaman juga memiliki buah geluk berwarna cokelat dengan panjang hingga 2 mm.
Ekologi Yang Ideal Untuk Tanaman Kumis Kucing
Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1.200 mdpl. Jenis tanah yang baik untuk tumbuhan ini adalah tanah andosol serta latosol. Tanah yang subur, gembur, serta subur dengan kandungan humus dan materi organik membuat pertumbuhan tanaman dapat berjalan baik. Tanaman kumis kucing juga membutuhkan paparan sinar matahari langsung, serta pengairan yang baik. Tanaman ini termasuk tanaman yang kuat, ia dapat tumbuh dengan baik di suhu sedang hingga panas.
Demikian penjelasan singkat terkait dengan “Kumis Kucing, Tanaman Hias Yang Bisa Dijadikan Obat“. Tulisan ini juga berdasarkan pengetahuan, pengamatan, pendapat pribadi penulis dan juga dari referensi. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan atau Informasi! Terima Kasih.
Referensi :
Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Rempah, Kementerian Pertanian Republik Indonesia. “Kumis Kucing”. https://balittro.litbang.pertanian.go.id/?page_id=5342 (diakses 23 Maret 2022).
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta. “Kumis Kucing”. https://distan.jogjaprov.go.id/wp-content/download/tanaman_obat/kumis_kucing.pdf
Wikipedia.”Kumis Kucing”. https://id.wikipedia.org/wiki/Kumis_kucing